Catatan Perjalanan Wisata ke Raja Ampat Papua Barat Daya
TELAGA BINTANG
Cekaer.com – Telaga Bintang masih termasuk dalam Wilayah Geopark Piaynemo, Distrik Waigeo Barat , Kabupaten Kepulauan Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya.
Dinamakan Telaga Bintang karena jika kita mendaki dan memandang dari puncak bukit, kita akan melihat hamparan laut berwarna biru kehijauan jernih berbentuk seperti bintang. Terbentuk secara alami oleh gugusan bukit yang mengelilinginya.
Dari Dermaga Piaynemo, dengan boat berkecepatan sedang hanya butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di Telaga Bintang.

View Telaga Bintang dari Puncak Bukit
Suasana di sekitar Dermaga Telaga Bintang mirip dengan panorama di sekitar Piaynemo. Juga untuk melihat panorama Telaga Bintang kita juga harus mendaki selama 15-an menit. Yang membedakan pendakian di Piaynemo dengan di Telaga Bintang adalah jalur pendakiannya yang sempit dan terbatas serta kesegaran suasana hutan tidak terasa di Telaga Bintang. Selain tangga berupa alas batu karang alami yang agak rapuh membuat para pengunjung yang mendaki perlu ekstra hati-hati saat melangkah.

Menjelang sore kami melamjutkan perjalanan menuju Kali Biru yang terkadang disebut masyarakat setempat dengan Waiyal atau “air harapan” dan Warabiar atau “air jernih”. Kali Biru ini berada di Desa Warsambin, Distrik Teluk Mayalibit, sekitar sejam perjalanan laut dari Telaga Bintang.


Dermaga Telaga Bintang
KALI BIRU
Kampung Warsambin dapat juga dicapai melalui perjalanan darat; sekitar 50 menit dari Waisai, Ibu Kota Raja Ampat.


Pemandangan di Kali Biru
Kali Biru adalah sebuah sungai kecil di tengah Hutan Warsambin yang bersumber dari mata air di pegunungan sekitar. Untuk sampai ke Kali Biru harus menggunakan perahu bermesin tempel yang disediakan oleh masyarakat di sisi pesisir teluk Desa Marsambin. Biaya sewa perahu sebesar Rp. 500.000 dengan kapasitas 6-8 orang per-perahu. Penyewaan perahu juga paling lama adalah sebelum pukul 15.00 WIT.
Kami sampai di Warsambin kesorean, sekitar Pukul 16.30 WIT. Ketika kami tiba, terlihat banyak perahu yang baru kembali membawa pengunjung dari Kali Biru. Masa penyewaan perahu untuk berkunjung ke Kali Biru sebenarnya sudah habis. Namun sudah kepalang tanggung, kamipun bernegosiasi dengan pemilik restoran dan penginapan di Warsambin, akhirnya dengan empat perahu tempel jadi juga kami berangkat ke Kali Biru. Beberapa anak desa ikut juga bersama kami sebagai pemandu.
Dari teluk, perahu-perahu langsung bergerak mengarah ke muara sungai, yang berair jernih dan arus yang lumayan kencang dengan pemandangan hijaunya hutan Pulau Waigeo di kiri-kanan. Sekilas mirip-mirip dengan suasana Bukit Lawang dengan Sungai Bahorok di Langkat, Sumatera Utara.
Sekitar 20 menit berperahu melawan arus menuju hulu sungai perahu harus ditambatkan karena sungainya semakin dangkal dan tidak bisa dilewati perahu. Perjalanan ke Kali BIru harus dilamjutkan dengan berjalan kaki menyusuri sungai yang tak sampai selutut alirannya.

Lima menit berjalan, terlihat di seberang ada tangga semen yang di atasnya terdapat gapura kayu bertuliskan “Selamat Datang di Kali Biru”. Setelah menyeberang dan memasuki gerbang ada mengikuti jalan setapak sepanjang sekitar 250-an meter, sampailah kita di tepi Kali kecil selebar 3- 4 meteran. Inilah Kali Biru.
Sungguh indah, pandangan yang tersaji di depan mata. Paduan warna hijau hutan dengan warna coklat kehitaman tebing tanah dan batang pohon dibelah aliran sungai berwarna biru kehijauan. Tak sabar rasanya untuk mengabadikan keindahan ini dan merasakan terjun ke air yang begitu jernih.
Warna biru kali sebenarnya terjadi karena penyerapan gelombang cahaya matahari oleh air sungai dan kandungan mineral di dalamnya. Ketika sinar matahari mengenai permukaan sungai, molekul air menyerap gelombang cahaya dengan urutan panjang warna merah, kuning, hijau, dan ungu. Gelombang warna biru diserap terakhir, sehingga warna yang terlihat adalah biru. Semakin dalam perairan, semakin biru warnanya. Kandungan mineral dalam air dan pasir putih di dasar sungai juga berkontribusi pada warna biru di Kali Biru.

Seperti namanya, kali kecil ini berair biru agak hijau tosca yang sangat jernih . Saking jernihnya, mata kita dapat leluasa melihat dasar sungai berupa bebatuan, batang kayu mati, dan aneka ikan. Banyak pepohonan besar di sekitar kali yang membuat sinar matahari sulit menembus. Meski terlihat dangkal sebenarnya kedalamannya, sekitar 2–3 meter, bahkan lebih di beberapa bagian.

Saat berenang di Kali Biru, kita dapat merasakan air sungai begitu dingin, Mungkin di bawah 18 derajat Celcius. Namun ketika keluar dari air setelah berenang badan tidak menggigil, justru terasa begitu segar, mungkin karena kandungan mineral di air Kali Biru.
Karena sudah kesorean, hanya kami saja beserta anak-anak pemandu yang ada di Kali Biru saat itu, Tak puas-puas rasanya bermain air dan berenang di Kali Biru ini. Sayangnya rembang petang sudah mulai datang. Sebelum gelap, kamipun bergegas kembali ke Warsambin diiringi suara jangkrik dan berbagai serangga hutan. (ssi)
petualangan menjelajahi destinasi alam wisata yang perlu diulangi…bravooo