Jangan Mati Sebelum Melihat Raja Ampat (IV)

Catatan Perjalanan Wisata ke Raja Ampat, Papua Barat Daya

Cekaer.com – Setibanya di Warsambin dari Kali Biru, hari sudah senja. Setelah bersih-bersih dan berganti pakaia , kami menikmati sunset sembari ngopi dan menyantap kudapan pisang dan singkong goreng di Resto Warsambin. Sekitar pukul 7 malam lewat sedikit, kami bertolak menuju penginapan D Coral, – masih di Pulau Waigeo ini juga, dekat dengan Waisai-, untuk makan dan menghabiskan malam di sana. Timnya Edson sudah mem-book-kan makan malam dan kamar untuk menginap di D Coral Resort, Waigeo.

Pilihan bermalam di dekat Waisai ini juga dengan pertimbangan harus mengisi bahan bakar untuk boat yang kami tumpangi dan membeli cadangan bahan bakar untuk persediaan di perjalanan esok dan lusa karena di tempat tujuan berikut tidak ada yang menjual bensin dalam jumlah banyak. Untuk perjalanan sekitar 2 hari setidaknya kami butuh 2 drum bensin.

Malam itu kami berpesta menikmati berbagai jenis ikan-ikan karang dan seafood lainnya seperti udang dan kepiting yang disiapkan dengan berbagai bentuk sajian, dibakar, sup, rica, kuah kuning dan lainnya.

Homestay D’Coral Waigeo

Usai makan malam kami habiskan waktu dengan mengobrol dan bercanda menceritakan kejadian-kejadian lucu sepanjang perjalanan ke spot-spot wisata yang telah kami kunjungi. Tak terasa hari sudah larut dan kami harus beristirahat untuk menyiapkan diri melanjutkan perjalanan hari berikutnya.

Homestay D’Coral Waigeo, foto di depan kamar

Pagi hari, 21 Oktober, sekitar jam 7.00 WIT semua rombongan sudah selesai menyantap sarapan di resto, semuanya terlihat semangat untuk melamjutkan perjalanan. Rencananya pukul 8.00 WIT kami sudah harus berangkat, masih banyak banyak spot yang menunggu untuk dituju hari itu. Mulai dari pasir timbul, Desa Arborek dan Sauwandarek, Gua Putri Termenung, Danau Ubur-Ubur, Pasir Timbul dan wilayah lain sekitar Mansuar.

Sayangnya kami telat berangkat, ini karena angkutan yang membawa bahan bakar dan cadangannya datang terlambat, mengalami kerusakan dalam perjalanan dari Waisai menuju homestay. Akhirnya  setelah lewat pukul 9.00 WIT barulah kami bisa bertolak dari Dermaga D’Coral, Waigeo.

Sekitar sejam perjalanan ke arah Barat, boat pun bersandar di sebuah pulau kecil dengan hamparan laut yang begitu bening di sekitar dermaga. ratusan ikan berbagai jenis terlihat berseliweran di antara terumbu karang yang berbagai bentuk dan corak warnanya. Inilah Pulau Arborek.

DESA WISATA PULAU ARBOREK

Arborek’ berasal dari bahasa Biak yang berarti duri. Pulau Arborek ini terletak di Distrik Meosmansar, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya.

Pulau/Desa Arborek

Pulau Arborek memiliki luas sekitar 7 hektar, untuk mengelilinginya butuh waktu kurang lebih 30 menit dengan berjalan kaki. Berkeliling mengitari pulau pemandangan yang tersaji sangatlah indah. Hamparan pasir putih, laut yang sangat jernih, rumah-rumah warga, dan homestay yang tertata rapih sungguh memanjakan mata.

Pantai dekat Dermaga Desa Wisata Arborek

Pemandangan bawah laut di Arborek juga sangat menawan. Tak heran jika desa ini termasuk dalam destinasi snorke;ing dan diving. Memandang dengan telanjang mata dari dermaga saja, bisa langsung menyaksikan beragam kehidupan laut, mulai dari berbagai jenis terumbu karang hingga ikan-ikan dengan berbagai ukuran dan warna sudah menyambut kedatangan kita. Kadangkala ribuan ikan oci (sejenis ikan selar) juga datang memenuhhi laut sekitar dermaga. Koloni ikan ini membuat air laut terlihat jadi gelap menghitam jika dilaihat dari atas permukaan.

Terumbu Karang dan Ikan di tepian Pantai Arborek

Banyak wisatawan mancanegara yang tinggal berhari-hari di Desa Wisata Arborek Di samping keindahan alam dan suasana yang begitu tenang, serta penduduk yang ramah, cukup dengan membayar Rp100.000,-, sudah bisa menyewa peralatan snorkeling.

.Kawasan perairan Raja Ampat memang menjadi rumah bagi 75 % spesies terumbu karang yang ada di dunia. Tak heran jika para diver menghabiskan waktu di Raja Ampat. untuk diving atau snorkeling. Khusus di perairan sekitar Arborek, juga dikenal sebagai lokasi persebaran ikan pari manta. Konon hanya di Raja Ampat bisa melihat dua jenis spesies pari manta, fauna endemik Raja Ampat.

Sejam-an lebih bermain-main dan menikmati indahnya pemandangan serta tenangnya suasana di Arborek,, kamipun bergerak melanjutkan menuju Desa Sauwandaek,

DESA WISATA SAUWANDAREK

Kampung Sauwandarek yang berada di Pulau Mansuar ini bolehlah kita sebut saudara atau kembarannya Arborek. Suasana dan keindahannya tak jauh beda dengan Arborek. begitu juga dengan keramahan penduduknya. Pun aktivitas snorkeling dan diving juga banyak dilakukan pemgunjung di sini. Keduanya memang sama-sama berada di Distrik Meos Mansar. Namun ada hal unik lain yang bisa ditemui di Sauwandarek, yaitu Burung Maleo Waigeo. Burung ini adalah salah satu spesies burung endemik yang kataanya cuma bisa dilihat di sini.

Perjalanan kami dari dari Arborek menuju Sauwandaarek hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Begitu tiba di Kampung Sauwandarek terlihat banyak rumah-rumah yang terbuat dari kayu dengan atap dari daun sagu dan jerami khas arsitektur tradisonal Papua. di tepi pantai juga banyak didirikan semacam gazebo dengan atap daun sagu untuk tempat bersantai. banyak juga disediakan di bawah pohon bangku panjang terbuat dari papan sederhana untuk tempat turis dan pengunjung duduk bersantai menatap pemandangan laut nan indah,

Pemandangan Laut Sauwandarek

Di beberapa titik di tepi pantai dan dekat rumah penduduk banyak terlihat bendera partai dan baliho serta spanduk calon-calon kepala daerah. Awal November 2024 itu memang masih dalam Masa Kampanye Pilkada Serentak 2024.

Turun dari Kapal, beberapa kawan langsung bergegas mengambil tempat di bangku di bawah pohon di tepi pantai dan mengangkut bekal makan siang yang sudah disiapkan dari penginapan ketika berangkat dari Waigeo. Memang sudah tengah hari. sudah waktunya untuk mengisi “kampung tengah”.

Makan siang di tepi Pantai Sauwandarek

Selesai makan siang rombongan berpencar mengambil kegiatan masing-masing, ada yang berjalan keliling kampung ada yang nongkrong di tepi pantai mengagumi pemandangan yang tersaji di depan mata dan ada yang ngobrol sembari ngopi dengan masyarakat setempat di warung yang ada di dekat pantai.

Pemandangan Laut Sauwandarek

Sekitar pukul 2 .00 WIT lebih, seluruh anggota rombongan sudah berkumpul kembali di sekitar dermaga untuk melanjutkan perjalanan. Rencanannya kami akan menuju Pasir Timbul yang berada di sekitar kepulauan Mansuar juga.

Homestay di Mansuar

Di perjalanan, rupanya air laut sedang naik (pasang), pasir timbul pun tak kelihatan. Kamipun melanjutkan perjalanan terus ke arah Selatan menuju Misool, dan menyinggahi spot Gua Putri Termenung dan homestay di Desa Harapan Jaya.

Sekitar satu setengah jam perjalanan dengan menyusuri perairan Raja Ampat yang siang itu agak bergelombang, sampailah kami di perairan yang cukup tenang dan banyak sekali pulau-pulau karang kecil dengan berbagai bentuk. Awak kapal menyebut tempat tersebut Candi-candi. Memang sekilas bentuk-bentuk dinding batu yang terbentuk oleh alam itu seperti deretan berbagai macam candi.

Tak lama kemudian kapalpun menepi dan membuang sauh di dekat pantai berpasir putih halus dekat dengan pepohonan dan belukar, dari situlah jalan masuk ke Gua Putri Termenung . Tempat kami mendarat ini berada di Pulau Len Makana, Distrik Misool Selatan, Kab. Papua Barat Daya.

Pantai Pasir di Len Maka dekat pintu masuk Gua Putri Termenung

Mungkin karena sudah kelamaan di perjalanan dalam kapal dan memang hari sudah mulai sore, sudah lebih pukul empat; beberapa teman langsung mencebur ke air yang memang jernih dan terlihat memanggil untuk diceburi. Berenang dan bermain air sejenak sebelum lanjut trekking ke Gua Putri Termenung.

GUA PUTRI TERMENUNG

Disebut Gua Putri termenung karena di dalam gua itu ada sebuah batu berwarna putih (Stalagmit) setinggi 3 meteran yang bentuknya seperti Perempuan yang sedang termenung bertopang dagu. Agak mirip juga dengan patung karya Rodin,The Thinker.

Menuju gua kami, berjalan masuk ke jalan setapak di antara pepohonan dan mendaki bukit batu yang tidak terlalu tinggi,. Sekitar 10 menit untuk mencapai mulut gua.

Mulut Gua Outri Termenung

Di dalam gua juga tampak keindahan magis stalagtit dan stalagmit yang terbentuk oleh proses ratusan tahun dari endapan kapur yang dibawa oleh air yang turun menetes dari atas goa. Sekitar 10 menit berjalan di dalam Gua, di tengah ruang yang cukup luas di dalam gua itu terlihatlah Batu Putri Termenung.

Gua Putri Termenung

Menurut sahibul hikayatnya, seperti diceritakan awak kapal kami, Batu Putri Termenung itu adalah jelamaan dari seorang putri penguasa masa silam yang bersedih dan duduk merenungkan dua saudara laki-lakiknya yang bertikai memperebutkan kekuasaan wilayah. Putri tersebut memilih meneyendiri dan bertapa di dalam gua dan akhirnya berubah menjadi batu berwarna putih itu.

Senja di Misool

Sekitar pukul 17.30 WIT, setelah mengunjungi Gua Putri Termenung dan memuaskan diri merasakan sejuknya air di Pulau Len Makana, kamipun melanjutkan perjalanan menuju Homestay Yalapale di Desa Harapan Jaya, Misool.

Ngopi Sore di Penginapan

Sekitar 30-an menit sampailah kami di dermaga Homestay Yalapale. Di sana penganan pisang goreng beserta kopi dan teh pansa sudah menunggu untuk disantap. Betapa nikmatnya menyeruput kopi sembari memandangi indahnya senja di Misool, Raja Ampat (ssi)

1 komentar untuk “Jangan Mati Sebelum Melihat Raja Ampat (IV)”

  1. terumbu karang yang masih asri, air jernih, dan keindahan bak lukisan semesta wajib dinikmati sebelum hilang ditelan zaman,,,

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top