
Kegiatan Petrasa bersama warga Desa Sumbul Tengah.
Cekaer com-Dairi. NGO Petrasa mengajak warga untuk berpartisipasi dalam mengatasi resiko dan bencana perubahan iklim yang terjadi di setiap desa yang ada di Kabupaten Dairi.
Ajakan tersebut, disampaikan saat melaksanakan kegiatan kunjungan lapangan dan pelatihan kepada warga 6 dusun di Desa Sumbul Tengah, Kecamatan Tigalingga.
“Jadi kegiatan ini merupakan metode intuk mengumpulkan opini dan masukan dari warga tentang apa yang dirasakan sebagai dampak terjadinya perubahan iklim,” kata Sekretaris Eksekutif Petrasa, Lidia Naibaho kepada media, Jumat (21/3/2025).
Kegiatan yang dilaksanakan Petrasa berlangsung selama tiga hari. Satu hari di Kantor Petrasa, dua hari dilapangan dan yang menjadi target Desa Sumbul Tengah.
“Kegiatan ini, kita ingin mengumpulkan opini dari warga apa kira-kira bencana yang sering terjadi di desa nya,” ucapnya
Menurut semua warga, ada 3 bencana yang paling prioritas dan bahaya yang sering terjadi di Desa Sumbul Tengah, yakni kekeringan, longsor dan angin kencang.
“Oleh karena itu melalui kegiatan ini, kita ingin mengumpulkan solusi apa yang bisa kita bangun bersama warga untuk mengatasi 3 bencana ini,” ujarnya.
Selain itu, Petrasa akan membentuk yang namanya kelompok kerja (Pokja) yang terdiri dari warga 6 dusun, dan Petrasa hanya mendampingi saja.
Pokja ini yang akan mempresentasikan semua hasil yang mereka dapat kepada dinas BPBD, Dinas Lingkungan Hidup dan lainya yang bersentuhan dengan bencana-bencana ini.
“Jadi akan ada rencana aksi dari semua warga yang akan kita bawa ke pemerintah desa. Kemudian bersama-sama kita bicarakan ke dinas terkait di kabupaten,” sebutnya.
Melalui kegiatan ini diharapkan elemen-elemen masyarakat dapat memahami masalah ini untuk ditangani bersama, baik Pemdes termasuk NGO seperti Petrasa bisa menolong dan mendukung warga disini untuk rencana aksi.
“Harapan kita kepada pemerintah kabupaten dan dinas terkait bisa support pelatihan dan sebagainya yang sesuai dengan kondisi yang terjadi,” harapnya.
Kedepannya juga diminta warga sudah lebih tangguh dan paham melakukan aksi-aksi adaptasi dan mitigasi yang sesuai dengan kondisi disini.
Selanjutnya, Kepala Desa Sumbul Tengah, Sahma Diamasi Pasaribu menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan Petrasa.
Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi warga, karena mereka mendapatkan pengalaman baru dan pengetahuan baru bagaimana melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
“Serta cuaca ekstrim kemarau panjang dan musim penghujan yang tinggi terutama kepada pola pertanian warga saat ini,” ucapnya
Disamping itu mereka juga diberikan pemahaman bagaimana menumbuhkan kesadaran warga untuk menjaga lingkungan dari potensi bencana longsor, banjir, kekeringan dan angin kencang dengan perubahan perilaku perilaku yang salah selama ini.
Kalau dulu mereka membakar jerami sekarang mereka di minta untuk tidak membakar lagi tetapi menjadikan itu sebagai pupuk,tidak membakar lahan, menanam pohon di daerah rawan longsor, menjaga sumber air, tidak membuang sampah sembarangan.
“Paling penting kami mampu memetakan desa kami dari potensi bencana yang akan mengancam kami nantinya,” sebutnya.
Terkait hal ini, pemerintah desa akan merespon ini dengan berbagai kebijakan desa, tentu juga dengan anggaran apakah nanti akan membuat aturan desa tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan di Desa Sumbul Tengah.
“Kami akan melakukan sosialisasi dan juga diskusi terkait lingkungan yang nantinya bisa difasilitasi oleh Petrasa untuk lebih memperkuat kesadaran warga atas lingkungan,” terangnya.
Pengakuan seorang warga, Lisbet Elisabeth Manalu mengatakan bencana yang sering terjadi di desanya adalah kekeringan dan tanah longsor.
“Paling berdampak adalah bencana kekeringan, karena kami disini mayoritasnya adalah petani,” ucap Lisbet.
Akibat bencana kekeringan para petani di Desa Sumbul Tengah mengalami penurunan produksi hasil pertanian. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhannya saja sudah tidak cukup.
“Air kami berasal dari pegunungan, sehingga ketika terjadi kekeringan, maka itu akan sangat berdampak kepada pertanian kami, peternakan kami, bahkan kebutuhan kami sehari-hari, ” jelasnya.
Selain kekeringan warga juga khawatir bencana longsor, karena desa mereka dikelilingi oleh 2 aliran sungai yang membuat was-was saat musim hujan tiba.
“Kalau aliran sungai Lae Renun naik, maka kami bisa kebanjiran, dan ada sungai kecil namun terjal. Jadi rawan bencana longsor,” ungkapnya.
Dengan kegiatan ini ada pelajaran yang bisa diambil bersama Petrasa, yakni pentingnya pohon. Namun masih banyak warga yang belum peduli.
“Untuk itu kami akan berusaha menjaga pohon, dan tidak akan menebang pohon,” tuturnya.(fjr)